Rabu, 11 Agustus 2010

Pulau Gusung

FENOMENA TERUMBU KARANG GUSUNG
TANJUNG JUMLAI DAN EKOSISTIMNYA
Tulisan : Emil Jamal

Kabupaten Penajam Paser Utara/Kab.PPU memiliki sekitar 33 buah pulau-pulau kecil dan baru 23 pulau yang dikenal atau diberi nama oleh masyarakat sekitar.Dan ke-33 pulau tersebut hanya berada didalam teluk Balikpapan wilayah PPU namun tidak termasuk 5 (lima) gusung yang ada di Tanjung Jumlai.

Berdasarkan sejarah geologis Pulau Kalimantan (Borneo),pembentukan dan kehadiran keempat terumbu karang yang ada di Gusung Tanjung Saloloang tersebut berbeda dengan sejumlah terumbu karang di wilayah Timur Indonesia lainnya.Kebanyakan dipengaruhi oleh proses-proses geologis.Berdasarkan konsep teoritis sejarah pembentukan terumbuh karang di Tanjung Jumlai tersebut awalnya berada dibawah permukaan laut melalui proses biologis.Pembentukan dan naiknya terumbu karang mendekati permukaan laut sangat ditentukan oleh aktivitas biologis biota laut tertentu yaitu organism laut penghasil kapur terutama karang hermatifik (halimeda),algae berkapur (alga koralin) dan fauna bentik penghasil kapur lainnya,melalui interaksi atau berasosiasi dengan terumbu karang.Oleh karena itu pengendapan kapur oleh biota-biota tersebut dalam kurun waktu panjang menyebabkan terumbu karang dapat mencapai permukaan perairan (Sahetapy dkk,2002).

Keempat gusung tersebut memiliki 4 zonasi serupa,yaitu zona rataan (flat),zone tepi tubir (margin) dan zona tubir terjal.Zona rataan umumnya didominasi oleh pasir sebagai komponen substrat dasar,zona tabir memiliki komponen substrat dasar bervariasi,terdiri atas patahan karang mati (rubble),karang mati (dead coral) dan komponen pasir (kasar dan halus) serta silt,bahkan endapan menyerupai lumpur.Komunitas karang dan organism penghuni terumbu karang umumnya ditemukan pada zone tepi tubir ini.Zone tubir memiliki tipe atau jenis substrat terdiri dari pasir kasar dan pasir halus,serta endapan menyerupai pasir halus (silt yang mengendap).

Persentase penutupan karang keras Kategori Baik (Good) terdapat pada dua station yakni station I dan II dengan nilai persen penutupan masing-masing 61,84% dan 73,03%.Kategori sangat baik (Excellent) berada pada station III dengan nilai persen penutupan sebesar 77,64 %. (Lihat Tabel Terumbu Karang).

Kedalaman maksimal tumbuhnya karang hanya sampai  5 meter dan lebih dari kedalaman tersebut tidak dijumpai karang.Secara teoritis pada perairan jernih karang masih dapat tumbuh  baik pada kedalaman 10 meter.Faktor penghambat bagi pertumbuhan karang adalah tingkat kekeruhan cukup tinggi sehingga penertrasi cahaya matahari tidak dapat maksimal.

Hasil pengamatan menunjukan bahwa kondisi terumbu karang disekitar lokasi tersebut mendapatkan tekanan cukup besar.Penyebab utamanya kegiatan penangkapan ikan  cukup intensif dan merusak.Penggunaan alat tangkap tidak ramah lingkungan dapat teridentifikasi dengan melihat nilai patahan-patahan karang (RB/rubble),seperti di station I dan II yaitu sebesar 11.82 % dan 20.98 %.Hal ini diduga diakibatkan dari penggunaan bom ikan pada saat melakukan aktivitas penangkapan ikan,maupun oleh pembuangan jangkar kapal disekitar karang.Kondisi lain jug adapt dilihat dari presentasi karang mati ditutupi alga ( DCA/death coral with algae ) terdapat pada semua titik pengamatan dengan nilai 0,58 % dan 10.28 % .

Dibeberapa tempat di gusung juga ditemukan beberapa karang masih utuh,namun kondisinya telah mati dan ditutupi oleh algae dan sedimen.Hal ini terjadi karena sedimentasi juga membawa nutrient bagi pertumbuhan alga sebagaimana ditemukan dihampir semua tempat.

Sebelum tahun 2000 kemunculan gusung ini tidak membuat masyarakat terdekat merasa memiliki sehingga sangat mudah orang luar menggali dan menambang pasir lautnya untuk diperjualbelikan.Setelah Penajam berdiri menjadi Kabupaten sendiri tahun 2002 baru gusung putih ini mendapat perhatian khusus.Itupun setelah adanya hasil penelitian beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) lingkungan dari luar negeri dan beberapa LSM Lokal.

Fenomena keberadaan lima buah gusung atau pasir putih yang muncul ditengah permukaan laut yang berada di Kelurahan Saloloang,Kecamatan Penajam ini menunjukan kekayaan alam laut Kabupaten Penajam Paser Utara.Keberadaan Gusung ini tidak dapat disebut sebagai pulau sebagaimana disebutkan oleh beberapa keriteria dan peraturan yang berlaku.Pulau Kecil adalah pulau dengan ukuran luasnya kurang atau sama dengan 10.000 km2,serta didiami oleh penduduk dengan jumlah kurang dari atau sama dengan 100.000 orang/jiwa.Dan criteria tambahan definisi pulau adalah :
1.       Scera ekologis terpisah dengan pulau induknya,memiliki batas fisik yang jelas dan bersifat insuler karena terpencil dari habitat pulau induknya.
2.       Mempunyai sejumlah besar jenis endemic dan keanekaragaman tipikal dan bernilai tinggi.
3.       Daerah tangkapan air (catchment area) relative kecil sehingga sebagian besar aliran air permukaan dan sedimentasi masuk ke laut,akibatnya pulau kecil selalu rentan terhadap kekeringan dan kekurangan air.
4.       Dari aspek social,ekonomi dan budaya masyarakat pulau-pulau kecil bersifat khas dibandingkan dengan pulau-pulau induknya.

Menurut para ahli kelautan bahwa Gusung adalah unsure bawah laut dan tidak dapat disebut sebagai pulau.Nama generiknya tetap ‘Gusung”.Jadi Gusung perlu diberi nama tetapi tidak dapat dimasukkan kedalam nama-nama pulau.Sehingga Gusung tetap harus masuk dalam daftar nama-nama unsure bawah laut,seperti palung,parit,lembah,gunung didasar laut dan sebagainya yang ada dibawah laut.Gusung dibawah laut atau dikatakan tenggelam akan jauh lebih baik karena dapat ditumbuhi terumbu karang yang kemudian akan mati dan menjadi gusung seperti batu-batu karang mati diatas air.
Kelima Gusung yang ada di Kelurahan Saloloang tersebut telah diberi nama oleh masyarakat sekitar yaitu:
1.       Gusung Maniang
2.       Gusung Batu
3.       Gusung Tanjung Tengah
4.       Gusung Karang dan
5.       Gusung Hitam

Diantara kelima Gusung tersebut yang luas adalah gusung Maniang dengan luas daratan mencapai 15 ha.Pada air surut gusung ini memiliki ketinggian 0,30 m sampai 1,40 m diatas permukaan laut.

Karena 100 % tanah berpasir dan tidak mengandung lumpur maka sangat sulit untuk ditumbuhi oleh vegetasi mangrove dan jenis tanaman lainnya.Namun di sekitar gusung ini terdapat kumpulan batu karang tempat pemijahan berbagai macam taksa dari beberapa family.Gugusan karang tersebut termasuk terumbu karang tenggelam (apron reef),karang hanya dapat hidup diatas daerah patahan (droof oof) dan dapat tumbuh dan hidup secara optimal di daerah rataan hingga tubir kedalaman 1 - 2,5 meter.

Disekitar Tanjung Jumlai juga teridentivikasi spesies karang dari 22 genera dan 12 famili,menempati areal terumbu karang.Famili karang batu dengan jumlah spesies terbanyak adalah Acroporidae (17 spesies),Poritidae (8 spesies),Faviidae (7 spesies) dan Pocilloporidae (6 spesies).(Sahetapy,dkk)

Tabel : Persentase Tutupan Komponen Penyusun di Tiga Lokasi Pengamatan
sekitar Tanjung Jumlai
Benthic Life Form
ST-I
ST-II
ST-III
Biotik
HC ( Hard Coral/Karang Keras )
61.84
73.02
77.64
SC (Soft Coral/Karanr Lunak)
-
-
8.66
Algae
-
-
-
Fauna lain
1.36
1.22
5.00
Sub Total
63.20
74.24
91.30




Abiotik



Karang Mati dengan Algae (DCA)
0,58
10.28
6.94
Karang Mati (DC)
-
0.64
-
Patahan Karang Mati (RB/rubble)
20.98
11.82
-
RCK (Rock/Bongkahan Batu)
1.60
-
-
Pasir (S/Sand)
13.64
3.02
1.76
Sub Total
36.80
25.76
8.70

Setelah diadakan survey terhadap keberadaan terumbu karang di sekitar Gusung Maniang dan sekitarnya pada tiga titik station pengambilan sample,maka ditemukan keberadaan 33 species ikan karang yang berasal dari 18 family.Dan ternyata family terbanyak berasal dari kategori Ikan Mayor sebanyak 8 family dengan jumlah 16 species.Ikan Target ada 3 family dengan 5 species ikan dan ikan indicator terdapat 4 species ikan.Species ikan karang cukup banyak dan ada pada semua station pengamatan adalah ikan dalam kategori ikan Mayor yang berasal dari Family Pomacentridae,khususnya species Chromis atripectoralis.

Potensi species ikan hias laut cukup menonjol dan bernilai ekonomis penting,serta dapat dibudidayakan adalah dari species Siganus guttatus dan S.argenteus atau ikan baronang.Selain itu juga  juga ditemukan 4 species ikan kerapu dari family dari family Serranidae atau Anyperodon leucogramicus,Cephalopholis argus,Epinephelus merra dan Plectropomus maculates.Jenis ini mempunyai prospek cukup baik untuk budidaya laut dengan system keramba apung.Selama pengamatan masih ditemukan 2 individu ikan Nopeleon atau Cheilinus undulates pada areal terumbu karang ST-3.Dilihat dari aspek kelimpahan individu,pencegahan penurunan populasi dari 7 species ikan bernilai ekonomis perlu dilakukan dengan tekhnik budidaya ramah lingkungan.Dan diharapkan dengan metode ramah lingkungan dapat memulihkan kelimpahan sekaligus dapat meningkatkan pendapatan masyarakat nelayan.

Table : Komposisi Taksa dan Sebaran Species Karang
Antar Areal Terumbu Karang Kelima Gusung di Tanjung Jumlai
No
POSISI TAKSA KARANG
BENTUK TUMBUH KOLONI

ORDO :SCLERACTINA


SUBORDO : ASTROCOENIINA

I
FAMILY : ACROPORIDAE


1. Acropora acuminata
Bercabang

2. Acropora cerealis
Bercabang

3. Acropora clathrata
Meja (Tabulate)

4. Acropora cytherea
Meja (Tabulate)

5. Acropora florida
Bercabang

6. Acropora formasa
Bercabang

7. Acropora gemmifera
Digitate

8. Acropora hummilis
Digitate

9. Acropora hyacinthus
Meja (tabulate)

10. Acropora micropththalma
Bercabang

11. Acropora nobilis
Bercabang

12. Acropora robusta
Bercabang

13. Acropora tenulis
Bercabang

14.Astreopora gracilis
Massive

15.Montipora foliose
Foliose

16.Montipora sp
Encrusting

17.Montipora ramosa
Bercabang



II
FAMILY : POCILLOPORIDAE


1.Polcillopora damicomis
Bercabang

2. Polcillopora eydouxi
Bercabang

3. Polcillopora verrucosa
Bercabang

4. Seriatopora hystrix
Bercabang

5.Seriatopora celiendrum
Bercabang

6.Stylophora pistillata
Bercabang



III
FAMILY : CARYOPHYLLIDAE


1. Euphyllia grabrescens
Massive

Sub Ordo : Dendrophyllina


Sub Ordo : Faviina




IV
FAMILY : FAVIIDAE


1.Cyphastrea serailia
Massive

2.Favia favus
Massive

3.Favites abdita
Massive

4.Leptastrea purpurea
Massive

5.Platygyra lamellina
Massive

6.Platygyra pini
Massive

7.Platygyra sinensis
Massive



V
FAMILY : MERULINIDAE


1.Hydnophora exesa
Sub Massive

2.Hydnophora microconos
Massive

3.Hydnophora rigina
Bercabang

4.Merulina ampliata
Kol (folious)



VI
FAMILY : MUSSIDAE


1.Lobophyllia hemprichii
Massive

2.Symphyllia agaricia
Massive



VII
FAMILY : OCULINIDAE


1.Galaxea astreata
Sub Massive

2.Galaxea fascicularis
Sub Massive



VIII
FAMILY : AGARICIIDAE


1.Coeloseris meyeri
Massive



IX
FAMILY : FUNGIDAE


1.Ctenactis achinata
Karang Jamur

2.Ctenactis simplex
Karang Jamur

3.Fungia fungites
Karang Jamur

4.Fungis (Verrillofungia) repanda
Karang Jamur



X
FAMILY : PORITIDAE


1.Porites annae
Sub massive

2.Potite s cylindrica
Massive

3.Porites lobata
Massive

4.Porites lutea
Massive

5.Porites solida
Massive

6.Porites (synaraea) rus
Massive

7.Goniopora columna
Massive

8.Alveopora spongiosa
Massive

CLASS ; HYDROZOA


ORDO ; MILLEPORINA




XI
FAMILY : MILLEPORIDAE


1.Millepora dichotoma
Karang Millepora

2.Millepora platyphylla
Karang Millepora

3.Millepora tenella
Karang Millepora



XII
FAMILY : HELIOPORIDAE


1.Heliopora caerulae
Karang Heliopora

Kenampakan zona rataan hanya selebar 3 meter dengan panjang 50 meter dan setelahnya terdapat tubir sangat terjal dengan kedalaman mencapai 20 meter.Pada lokasi penelitian station II dan III mempunyai topografi relative rata atau landai dengan kedalaman antara 3 – 5 meter.Dimana karang mampu tumbuh secara maksimal.Pengamatan di tiga lokasi penelitian dilakukan dalam kondisi sama,yaitu kekeruhan cukup tinggi sehingga jarak pandang sangat terbatas.